Laman

Total Tayangan Halaman

Senin, 31 Oktober 2011

Perbedaan Bukan Perdebatan


Oleh: Levin NY

Memasuki usia 6 tahun, Lanika menjadi anak yang lebih kritis, keingintahuannya membuat dia menjadi  putri yang serba ingin tahu. Bila sesuatu yang diharapkan dalam bentuk jawaban maupun keinginan belum tercapai, dia akan simpan baik-baik keinginannya. Dihari-hari berikutnya kembali dia mengingatkan kami akan harapan dan keinginannya untuk sebuah jawaban atau pembuktian. 

Suatu hari tepatnya ketika kami sedang berkumpul diruang keluarga, Lanika sedang mengerjakan soal-soal pelajaran Agama Islam untuk siswa kelas 1 SD, terlontarlah pertanyaan untukku:
“Mama, apa beda agama Islam sama agama Opah?”

Terkoyak aku dengan pertanyaannya yang begitu kritis. Aku terdiam sejenak, dalam diamku berpikir atas perbedaan agama terlahir dikeluargaku, Agama Islam yang dianut Mama dan Protestan yang dianut Papa, meski memang pada kenyataannya tak ada masalah berlebihan dalam kehidupan kami tetapi pertanyaan ini sering kali terlontar untuk kami, tetapi sekali lagi bukan dari putriku yang kuharapkan saat ini. Pada akhirnya aku menjelaskan dengan pendekatan usia dan sosoknya.

“Selama ini, Lanika mengenal opah, dan tante juga om dengan perbedaan agama yaitu Kristen Protestan seperti dalam penjelasan buku agama Lanika, dan kita patut menghormati serta saling menjaga kedamaian”.

“Kenapa beda, mah?”

“Karena kita hidup juga berbeda-beda, dan cara berpikirnya juga berbeda. Seperti halnya Lanika kalau mau jus maunya Alpukat sedangkan Rama maunya Mangga, karena keinginan dari masing-masing kita berbeda. Tetapi  kita patut meyakini apa yang kita pikirkan untuk percaya sama Tuhan yang kita yakini yaitu Allah”.

“iya, mah”.

Meyakini adalah memupuk pikiran positif untuk perkembangan dan keharmonisan dalam keluarga, maka saya yakini suatu hari nanti bila ada pertanyaan lainnya tentang latar belakang keluargaku, dan semoga Lanika akan memiliki pengertian positif dalam pemikirannya.

jumlah: 256 kata berserta judul.
Di ikutsertakan dalam Lomba 1001 pertanyaan si buah hati 
Lomba yang diselengarakan oleh: Mba Iir Harun

Putih kasih Ibu



Untaian kasih kau rajut setiap saat
Guratan-guratan lelah tidak kau hiraukan
Kau hempuskan kehidupan dalam kasih sayang
Ibu, ketulusan cintamu membawa kehidupan diwarnai cahaya kedamaian
Dalam kedalaman lautan kau dapat ukur dengan doa pengharapan
Dalam bathin kau doakan kebaikan,
meski kepada anak nakal, terkadang mengganggu tidur malam

Ibu dalam terpejam kau masih dapat melihat kesulitan
Menjaga tangan Tuhan membiarkan memeluk dalam kedamaian
Kasih putihmu tak pernah luntur dalam guratan
Kecantikanmu melebihi salju, seperti teratai bertahan dalam keruh kotaran
Kasih putihmu abadi dalam bathinku, Ibu!

Coba Lihat



Coba lihat kami, malaikat kecil dalam kenakalan
Kami tidak ingin dimusuhi, kami bukan berandalan
Kami masih butuh banyak perhatian
Kami butuh kehangatan,
Kadang jadi setan kecil menggangu ketenangan

Coba lihat kami, meski nakal kami membawa senyuman
Membawa pelangi kehidupan
Kami tidak ingin dihakimi dengan berbagai perkataan
Pikirkanlah, bahwa kehadiran kami membawa banyak pembelajaran
Kami membawa cahaya Tuhan dalam senyuman dan tangisan

Cobalah lihat kami, meski kami dijalan
Tuhan hadir dalam kasih sayang
Meski kami dibesarkan dengan beda ruang
Biarlah Tuhan yang memberi ganjaran..
Bagi siapa saja yang menjadikan kami orang pinggiran

Biarlah Tuhan yang memberi ganjaran
Bagi siapa saja yang menjadikan kami orang pilihan
Tuhan tahu mauNya, Tuhan berkehendak atas kami
Biarlah garis yang menentukan arah tujuan...

Jumat, 28 Oktober 2011

Mulut Kita Bicara



Penulis: Levin NY.

Bila dapat memilih antara bicara dan tidak, saat ini aku ingin berkata dengan kalimat duka bahwa aku tidak ingin terucap kata dari mulut ternoda. Kesedihan ini bermula dari ucapan dalam emosi jiwa keluar bersama akal pikiran yang meronta. “Aku ingin bisu!” meronta dalam penyesalan kala pertikaian diucapkan dari mulut berbisa dengan lawanku bicara. Yah! Mulut awal keluarnya suara dari emosi jiwa. Sehingga untuk aku terjaga dari ucapan penyesalan berikutnya, aku selalu mengingat pepatah lama berkata: “Mulutmu harimau mu!”. “Jagalah bicaramu, karena akan menjadi karakter pendukung perjalanan hidupmu”. Menyadari dengan sungguh hati bahwa: “diam adalah emas, berpikir dahulu sebelum bicara”.  Mulut mengeluarkan suara, merdu atau sumbang tergantung kita yang mengembang, tergantung kita memupuk bersama doa dan berpikir sebelum bicara.
Pernahkah mengalami kehilangan suara kala terlalu napsu konsumsi makanan dan minuman yang tidak mendukung stamina? mulut tidak mampu terbuka lebar dan suara menjadi parau. Tubuh menjadi tak berselera dalam menjalani aktivitas kerja. Rongga mulut meronta, mulut minta dirawat dan dijaga. Konsumsi asupan menjadi bekal stamina dari mulut yang terdapat indera pengecap dan suara. Bila makanan yang dikonsumsi terlalu tergesa pun, tubuh meronta. Akal semakin bicara mulut adalah satu diantara  yang utama sebagai penunjang hidup manusia. Bagaimana jadinya bila mulut sebagai indera pengecap tak mampu untuk diperintah melumat atau penghisap asupan, yang ada selang-selang rumah sakit yang menjadi teman dalam penunjang tubuh manusia.
Mulut-mulut mungil mengeluarkan suara rayu dan canda kala buah hati mengharapkan belas kasih dari bunda ataupun siapa saja, mereka akan beruasaha dengan berbagai cara agar keinginannya terkabul. Menangis, mengeluarkan canda ataupun marah. Mulut-mulut kecil itu bersuara lantang kepada siapa saja, tak perlu berpikir bahwa itu adalah serangan karena mulut kecil tak pernah memerintah untuk berkuasa tidak seperti orang dewasa yang berpikir dengan mulut adalah sumber penghasilan dalam negosiasi dan upaya. Penghasil suara keteduhan dan kelapangan, kala bunda menyanyikan dan berdoa untuk kasih tercinta.
"Audisi Mini AMB Cermin Diri"

Rabu, 26 Oktober 2011

Cermin Usia

 
Tali-tali telah kurajut dalam nada
Dalam irama, serta warna..
Bersama usia kian merayap membara

Semakin kusadari, tak selamanya rembulan bercahaya
Pelangi belum tentu ada, dalam ruang hampa tanpa doa
Sementara warna abu-abu kadang hadir di pelupuk mata
Lebih, ketika kumengenal dunia dipenuhi gejolak rupa

Semakin kusadari, diri adanya melayani
Melayani tidak selalu terlayani
Mengasihi bukan untuk berbalas kasih
Cermin diri untuk diri, Cermin raga untuk jiwa
Cermin suara untuk jendela
Jendela mereka ... buah hati yang bercahaya
Buah hati yang selalu mencari sosok bunda meski dalam diri ayah

Bertambahnya usia mengenaliku akan sosok aku
Aku dalam diri aku, yang sepi dalam diri aku
Menjadi bermakna karena aku ada dalam diri mereka

Senin, 24 Oktober 2011

Jackson Prikitiuw



Mickey...."tikus kecilku".  Tega yaaah! mama panggil dirimu tikus, padahal mama benci banget yang namanya tikus si binatang yang sering muncul didapur kadang mampir di ruang tv, inget ngak kalo ketemu tuh tikus kita kaget sambil kita loncat-loncat atau teriak ...."ada Siti..... siti....." menjijikan! karena tuh tikus dari solokan n tempat-tempat kotor sih! suka makanin mie instant sampai bolong tapi tetap utuh, atau peralatan dapur dilewatinya sambil mencari makanan sisa-sisa yang bisa dimakan. Tetapi yang namanya tikus lucu ajah buat dirimu, seperti dalam film kartun "Mickey Mouse". Masih ingat "jejampe" nya bila kamu lagi nonton edisinya, sambil berdiri tegak kamu akan berteriak: "Muska, Miski.... Miki Mos"...he...he.... lucu ajah liat bibir seksi kamu berucap kalima itu.

3 tahun 5 bulan tepatnya usiamu saat ini, PAUD - Playgroup menjadi rutinitas 3 harianmu dalam seminggu. Meski hanya bermain dan banyak bercanda, malah kadang menjengkelkan mama dan ibu guru, tetapi inilah prosesmu dan kami meski mengenal dan menemani dengan baik. sejauh kupahami, kami tidak ingin kegiatan yang meski tatap wajah ataupun memperhatikan, teman-temanmu semangat mendekati bu guru sedangkan kamu hanya duduk kadang makan, malah kadang pula main diruangan, tetapi sungguh tidak perlu diragukan, kamu justru memperhatikan dengan caramu, kamu masih bisa tetap fokus dengan perbincangan dan kegiatan yang Ibu Guru lakukan, ketika ada sesi pertanyaan.

Bayi merah lahir dengan berat 3,4 kg, spontan pula dengan lilitan dikaki kirimu. tidak menyulitkan mama untuk menghadirkanmu. Tubuhmu terlihat kokoh meski mungil, teriakan pertamamu membuat papa begitu bangga, karena yang diharapkan seorang bayi laki-laki yang telah dipersiapkan namanya hadir dengan sempurna. Puji syukur kami panjatkan dengan suka cita atas kehadiranmu sebagai putra ke 2.

Bulan-bulan mama lalui merawatmu tanpa begitu menyulitkan, karena pembelajaran pertama merawat dan membesarkan kakak Lanika menjadi tonggak mama untuk menjaga buah hati lebih baik lagi, mengenangmu selalu bahagia. Satu diantara kebahagianmu adalah ketika dalam pelukan dada dalam tidur bersama, ajaran 'Ua Lia ketika itu menjadi penenangmu kala malam menjelang. Hal lainnya, kebiasaan yang tidak menyulitkan "habis makan tidur, habis mandi tidur", belum pakai bajupun ketika habis dimandikan kamu akan terlelap dalam dekapan. Bangun dari tidurmu malam maupun siang, kami selalu mengenang kedua bola mata bulatmu melotot dalam binaran, dalam cahaya dan memancarkan kehidupan suka cita.

aaaah...... Rama, banyak hal yang membuat kami bahagia akan kehadiranmu didunia. Ciuman mesramu membuat Tante Kiki ketagihan.... "Ceplok"... ups.... seperti bunyi telur dadar dengan warna orenge ceria bibirmu mendarat di bagian wajah kami. Mesra... mesra.... kadang bermesraan ketika kau ucapkan kata "Bunda, Ibu..... Bunda...eh... Ibu.... sambil merayu kamu suka sekali memperbaiki kesalahan mama, seringkali kala mama khilaf dengan amarah, emosi kepada kakak... kamu akan bicara "Mama ngak boleh marah sama kakak lagi, lho! nanti papa marah". atau "Mama dah ngak marah lagi"... kugelengkan kepala... langsung kau berteriak: "asik, kakak.... mama udah ngak marah lagi!".... lucu juga kamu, dan kamu pun pintar komunikasi bila di ajak curhat. xi...xi..... bodyguard cilikku sekarang pandai merayu bila ada maunya.... tapi keseringan buatku bosan, akhirnya kutanya bila kau sedang merengkek mengeluarkan air mata: "Rama Cewek apa Cowok?!" ....jawabmu: "hu....hu... cewek mama".... balik tanyaku: cowok apa cewek?!" jawabmu lagi: "cowok, mah" tapi sambil nangis.... ups... ternyata posisi pertanyaan menentukan dia untuk menjawab.














Rabu, 19 Oktober 2011

Kehadiran Mama

"Bahasa tubuhmu 'nak, mengantarkan mama dan papa menjadi lebih tenang dalam menghadapi permasalahan kesehatanmu". Emily, bayi mungil, tubuh mungil tapi tidak pernah kurasakan tangisan kesedihan. pemulihan pengobatan untuk penderita TB membawa kami dalam ketenangan. Meski prosesnya pun harus kami lalui , pada awalnya dengan menerka, dokter spesialis anak yang selama ini menjadi andalan kami pun memiliki kekurangan, "dokter juga manusia". Dia mendiagnosa Emily hanya memiliki sakit batuk dan flu yang meski selalu diberi obat.

Berjalannya waktu, argumentasi dan keletihan kami dihadapkan dalam keluhan asisten rumah tangga membawa kami kadang pada emosi ketika sepulang kerja. dihadapan dengan permasalahan yang sama beberapa kali tiap pulang kerja harus kami jalani pengobatan Cinere-Bekasi, dan selalu berulang dalam beberapa bulan. Gerah juga akhirnya, si Papa berbuah pengetauan dari teman yang memberikan referensi seorang Prof. Dr. specialis anak. Fatmawati pun kami tempuh, singkat cerita dari hasil tes dan diagnosa terbukti Polwan kecil meski di pulihkan dari TB.

Cukup sedih yang kami ketahui, terutama aku yang memiliki perasaan berlebih untuk kesehatan mereka. Tak sanggup kubendung emosi ini, pagi menjelang kutegur mbak atau pembantu yang sering kali mengganggu hari-hariku, karena sikap dan perangainya membuat aku berulang kali meski mengulang perkataan untuk menjaga kesehatan putri kami dan kinerjanya. kesulitan bagiku untuk penyampaian yang kusampaikan selalu dimentahkan dengan dia, berpikir bahwa aku menegurnya dengan keras dan membuat anggota keluarga terutama Ibu meski hadir untuk merasakan sakit hatinya dengan mengembalikan emosi jiwanya padaku. kehidupan tidak selamanya seperti yang kuharapkan, ada itikad baik dariku untuk kebaikannya pula justru ditangkap berbeda dengan cara berpikirnya, cukup disayangkan memang karena tidak semestinya terjadi.

Berjalannya waktu, emosi si mbak masih terlihat terpendam baik-baik dihatinya, terlihat dari kinerja dan cara komunikasi dengan kami terutama anak-anak. Kupikir tidak ada baiknya menjaga dan merawat sesuatu yang sudah terluka apalagi membusuk karena berjenis beda. Kuputuskan untuk memberhentikannya secara baik.

Tiga hari berlalu, si Ibu tidak mampu melihat anaknya hanya melamun dan tidak punya pekerjaan. Hadir kerumah bertemu suami berharap bekerja kembali. Diterimalah kembali. memang sifat dan karakter tidak sepenuhnya orang lain mampu merubah dan mengarahkan. kembali dengan sikap yang sama menghantarkan aku untuk memberhentikan secara sepenuhnya tanpa berpikir untuk kembali, Emily tersiksa dengan asuhannya. dalam hitungan hari sebelumnya kuputuskan berhenti kerja untuk kendala pribadi dan melihat kondisi anak-anak. Berbuah keluhan dalam hati kadang terucap lewat suara pada papa yang mengeluhkan kegiatan dan hari-hariku selama ini, justru menghantarkan Emily yang menjadi lebih kuat dalam pelukan dan tumpahan kasih sayangku, Mikhail yang tidak lagi sakit-sakitan karena makanan tidak terjaga, Lanika menjadi putri yang ku arahkan untuk sekolah dan les nya. Ternyata kehadiranku dirumah sangat dibutuhkan mereka. Mereka menjadi lebih hidup dan ceria.... mereka menjadi tumbuh dengan sehat dan bahagia. Aku dapat memeluknya dengan luar biasa.