Laman

Total Tayangan Halaman

Rabu, 29 Juni 2011

Senyum Lanika

Malam bersejarah buat kami, setelah beberapa waktu berpikir dan mencari sekolah yang terbaik untuk putri kami "Lanika", pada akhirnya kami dapat bulatkan putusan untuk bersekolah di SDIT Gembira yang tidak jauh lokasinya dari rumah. Menjadi bagian terpenting bagi keluarga terutama orangtua seperti kami bahwa pendidikan dan penempatan mencari ilmu sangatlah penting untuk tumbuh kembang mereka, karena bagi saya langkah baik dan pemulihan untuk menebus kesalahan besar yang meski kami buat untuk keputusan masa depan "Lanika", masanya beda dengan kami, dia bertumpu untuk hari esoknya untuk akan datang dan bekal yang cukup dan memadai adalah bukti kepedulian kami.

Berbekal kondisi keuangan, mental dan kemampuan anak. Saya tidak ingin Lanika melupakan moment yang telah kami lewati bersama. Mengambil formulir dari berbagai SD swasta, dari masa terluka oleh SDN yang telah memutuskan sepihak atas veririfikasi dokumen dengan sengaja tanpa penjelasan dan sepengetahuan telah mensyahkan pemilihan SDN diluar informasi yang jelas. Hingga Lanika meski terpental jauh untuk mendapatkan SDN untuk kawasan Pasar Rebo, Jakarta.... wuihhhhh!

Saya terpuruk dalam pikiran bersalah, hingga akhirnya terombang-ambing dalam keputusan SD swasta. "Waaah ternyata, pendapatan tak setimpal dengan SD yang luar biasa mahalnya, kami perlu memotong urusan rumah tangga, sampai les-les dan hobi Lanika.

Kami tidak ingin "Lanika" melupakan hobinya dan kesukaannya, meski masih membutuhkan dorongan dan arahan orangtua, tetapi "apa yang telah digali tidak mungkin kami biarkan saja.pernah terucap darinya: "Mama aku suka Les Piano sama Renang", ungkapnya, segalanya datang dari Mimpi dan berkah.

Meyakini Tuhan itu benar-benar ada dan mendengar doa dan harapan. Dengan musik beriring Piano mengajarkannya untuk lebih tenang dan mencintai keindahan dan renang memulihkan kondisi phisik dan pemulihan sakitnya, dan selama ini membantu beban kami untuk kesehatannya. Pendidikan memang segalanya, tetapi keuangan adalah penompangnya. Meski masih mungkin dibilang standar menengah tetapi harapan menjadi baik dengan kegiatan diluar sekolahnya. Hingga akhirnya dengan keputusan sekolah ini justru mengantarkan Lanika dapat les keduanya.

Semoga, "Lanika" kau akan mengenang ucapan: "Mama, sebenarnya aku mau sekolah dimana sih?! udah berapa sekolah kita dateng...." ha...ha... ucapan polosnya mendidik saya dan suami agar lebih tenang dan lebih mapan dalam memilih yang terbaik untuk diputuskannya.

Selamat bersekolah anakku "Lanika", harapan kamu menjadi baik untuk dirimu dan agama. Amin

Senin, 27 Juni 2011

"Emily Cantik"

Puji Syukur, 7 bulan telah berlalu pemulihan menghasilkan kebahagian. Bukan cuma kami, papa dan mama tapi Ely juga membantu dalam prosesnya. TB yang dialami Lanika enam tahun yang lalu pun kamu alami 'Ely', tapi kali ini bukan mama yang bangga, justru kamulah yang memberikan perlawanan dan menjaga kesehatan. sakit yang kamu derita kau anggap biasa, hari demi hari kamu lewati dengan suka cita. Papa sama mama justru kau ajarkan menjadi orangtua kaya, kaya akan kasih dari senyuman dan kelucuanmu 'Ely'.

Masih teringat kala kamu sakit 'nak... mama dan papa selalu bergetar dan menyimpan lara dalam segala kegiatan, Tuhan kembali menegur dan memesan pada kita, agar kami selalu bersama dalam suka maupun duka, dalam lara, sengsara maupun bahagia. Dokter spesialis keluarga hanya menyatakan kamu sakit biasa, kami ragu dan tak mau terlena dengan kondisi yang sama, dengan usaha disela-sela waktu kerja, upaya kami dalam beberapa bulan menghasilkan putusan baik dengan ucapan profesor "Putri Emily ada TB, disembuhkan tapi nga lama yang terpenting kontinue dan selalu dijaga kesehatan." emosi, kekesalan dan upaya telah terpendam pecah bersama ombak dan angin kehidupan, meski ada pengorbanan asa tetapi pada akhirnya kami sadari inilah proses perjalanan kita, bahwa kita meski dalam jalan ini dan harus melewatinya. "Segalanya akan baik-baik saja di iringi doa dan upaya". Kalian Bertiga adalah  kekayaan yang sempurna, bagi kami 'nak!

Tak pernah sedikit pun kau tolak obat yang diberi, meski hanya geliatan tetapi pahit tetap ditelan, makanan dan vitamin menjadi santapan kebahagian. "mama, ada!.... mau.... jatuh" ini beberapa kata yang menghantarkan kamu menjadi bicara, lincah, tertawa kadang meniru kenakalan kakak dan 'aa, justru kamulah yang semakin membawa warna, warna violet, jinga, pelangi hadir dalam jiwa.

Bila bergoyang, dari kiri kekanan, atas kebawah, loncat-loncatan... gerakan patah-patah sampai loncat dari tempat tidur pun kau lakoni. Musik, irama sampai decakan suara menjadi sahabat keceriaan.

Bangganya papa kala kau panggil "papa", pulang kerja kau sambut papa dengan pelukan kaki dengan senyuman, dalam hatiku :" Papa mana yang tak bangga dalam sesusiamu telah membawa 'surat' Tuhan dalam nada". Nada kehidupan yang dipenuhi misteri, tetapi dengan kau menjadi Indah.

Putri kami Emily, genap 16 bulan pemulihan sakitmu telah selesai. Sakitmu justru menjadi pesan dan amanah, agar kami selalu mengingatnya dalam menjagamu dengan suka cita. Peluk dan sayang Mama untuk Emily 'Bonus' Bahagia dalam Nyata.

Mengemaskan buat kami, dia tahu bila ingin diphoto sambil bergaya akan terucap kalimat: "aku cantik.... cantik, ting... *sambil mengedipkan mata.

Jumat, 03 Juni 2011

Bulan Anugerah


Penulis oleh: Levina Nyt

Masih tergiang di ingatan kala terucap mimpi kecilku: “kapan sekiranya aku mendapatkan kebersamaan dalam keluarga seutuhnya dalam keluarga!” kembali terbesit pikiran ini kala diriku menjelang remaja, aku begitu merindukan keutuhan dalam beribadah. Bukan berarti aku tidak mendapatkan kebahagian sebelumnya bersama mama dan kakak lainnya yang turut serta menikmati indahnya bulan ramadhan, tetapi bagiku ada yang kurang dalam hidup ini, yaitu kebersamaan seluruh keluarga dalam satu ajaran dan menikmati indahnya kebersamaan.

Kami  dilahirkan dari perbedaan agama, papa pemeluk non muslim. Memang banyak kuketahui dari ajaran agama muslim, serta terdengar dan kuketahui lewat tulisan ada hal yang menganjal dan menjadi kesedihan tersendiri bagi kami atas ketidaksempurnaan keluarga ini dengan perbedaan agama dalam hubungan berkeluarga. Aku tidak ingin membahasnya lebih dalam biarlah Allah yang berhak atas kami dan menjadi hakim kami. Meskipun begitu, papa sangat toleransi bagai kami yang beragama Muslim, dia memberikan ruang lebih agar kami beribadah dengan suka cita. Tetapi lebih dari apapun mama memiliki mimpi dan harapan untuk kebersamaan, meski pahit bagi mama harus menjalankannya karena suatu terjadi karena mereka dan kami tidak berhak untuk menghakiminya.

Secara pribadi, semenjak kecil kami terbiasa mencari kebahagian bersama dalam menempuh ibadah bulan suci dari kegiatan keagamaan di kampung tinggal sampai sekolah, hingga menjelang bekerja. Sering kali aku ikuti program buka bersama maupun ibadah bersama saat bulan suci ramadhan. Bersama teman kakak dan teman sekantor, lebih seringnya kami luangkan waktu bersama beribadah dari masjid ke masjid. Waktu mempertemukan kami kumpul bersama di masjid besar Al Azhar yang berlokasi di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Berawal kala kami mengikuti pesantren kilat, aku utarakan maskud dan tujuan kepada kakak kelima Kak Desi, “semoga apa yang kita cari, bisa kita temukan disini, berama ustatd dan teman yang mencari ilmu sama seperti kita, apakah mau ikut serta bersamaku, kak?!” tanyaku pada kakak. “aku dengan senang hati bisa belajar bersama” tegas kakak dengan antusia.

Kami temukan dunia baru dalam pesantren kilat, meski hanya waktu yang singkat membawa kami dalam perkenalan serta pertemanan yang dipenuhi anugerah, hingga akhirnya mengantarkan kawan dalam perkumpulan organisasi Islam, segalanya menjadi indah bersama doa dan tekad perbaikan. Kami menjadi anggota organisasi dengan bertemu berbagai type dan pemikiran yang berbeda-beda, meski berbeda kita memilliki tujuan dalam keluarga dan kebersamaan.

Ramadhan tiba, dan kami temukan warna baru dalam kebersamaan ibadah, ibadah dalam masjid satu organisasi, bersosial dan berbagi. Itikaf kami jalani, beribadah mengaji dan kuliah subuh kami ikuti, proses pembelajaran dengan antusias kutemui dan kuresapi. Aku dan kak Desi memiliki kebahagian tersendiri, dan kami berbagi dengan cerita kepada mama kala berkumpul bersama. Bedah buku dan kajian kami lakukan dirumah diwaktu tertentu. “Indahnya kebersamaan” ujar kakak sambil tersenyum menatapku, “aku begitu senang kita bisa berbagi dan dalam kebersamaan seperti saat ini” tegasnya kembali. Semenjak kebersamaan kami dalam organisasi, tak lupa kusempatkan untuk sholat berjamaah bersama kakak dimasjid kadang dirumah. Bagi kami, tidak semestinya menuntut banyak kepada mama perihal ibadah dan pembelajaran agama, karena banyak cara untuk menuju perbaikan. Mama cukup berat untuk memikul bebannya.

Waktupun member jawaban kegelisahanku, aku dipertemukan dengan belahan jiwaku yang selama ini dipenuhi pertanyaan dan kehampaan. Ternyata jodohku ada didepan mataku, pernah terbesit kupungkiri tetapi Allah telah mempertemukan kami dengan indah dalam rumah ibadahnya. Dikenal murah hati dan penuh ikhlasan dia mendekatiku. Meski ada keraguan dari berbagai pihak atas hubungan kami, tetapi jodoh tak bisa di ingkari, sekitar delapan tahun yang lalu persis dibulan  Desember dia melamarku: “Tanpa keraguan, saya ingin kau mau menikah denganku, tak peduli asal dan suku serta latar belakang kita, saya ingin membina keluarga kita, apapun yang telah kau curahkan itulah masa lalumu, saat ini ijinkan saya membawamu dalam kehidupan yang menjadi satu dalam membina keluarga baru”,  dia berusaha meyakinkan aku setelah beberapa kali kami dalam perselisihan pendapat dan komunikasi.

Pernikahan kusetujui, dengan keyakinan bahwa kami dalam satu pemikiran agar hidup lebih baik lagi dalam segala hal terutama membina kerukunan agama dalam rumah tangga. Pernikahan membawaku dalam hidup pendewasaan dan perbaikan, “kini dialah yang menjadi nahkodaku, dan aku tunduk aturan agama yang memuliakan agama. Kebersamaan ibadah yang selama ini kujalani menjadi semakin lebih indah bersama dalam kebersamaan suami istri. Teguh membawaku dalam posisi aku menjadi Ibu dan istri yang seutuhnya.

Awal ramadhan dalam pernikahan kami begitu indah dinikmati bersama, kala akhir pekan menjelang kami sempatkan untuk terawih di Masjid agak jauh dari rumah, suamiku tidak lupa menganjurkan mengajak ibu dan kakak yang ingin turut serta, “ajaklah, mungkin ibu dan kakak mau sekalian jalan-jalan menikmati malam ramadhan”. tidak lupa kami siapkan makanan untuk waktu berbuka bersama di masjid. “Ya, Allah begitu senangnya aku menikmati kebersamaan ini”, ujarku dalam hati. Sahur kami persiapkan segala seusatunya bersama, dari urusan dapur sama meja makan. Teguh tidak pernah berat hati untuk membantuku didapur dari segala urusan makanan sampai membersihkan. Diawal pernikahan dengan usia kandungan muda dalam bulan ramadhan membawa aku dalam sedikit kepayahan, tetapi Teguh tak pernah mengeluh, dia mengerti keberadaanku dibulan suci.

Kehadiran buah hati dalam kehidupan kami menambah lengkap hari-hari kami, apalagi menjelang dan dalam bulan ramadhan, dengan bertambahnya tahun hari-hari kami bertambah penuh makna. “Meskipun kita dalam kondisi perlu pembenahan, tetapi aku yakini kita bisa lebih baik dalam memperbaiki diri dan membina keluarga dalam ibadah yang lebih baik” terucap kalimat tersebut dari suamiku kala aku duduk dalam renungan, tiba-tiba dia semakin menghampiri aku dan kembali katakan:”sudahlah ibu jangan terlalu banyak berpikir kebelakang, lihatlah kondisi kita saat ini, kita sudah sangat di anugerahi, telah di amanahkan tiga buah hati yang siap menjadi penerus dan kita berkewajiban mendidiknya lebih baik dalam segala hal dengan tolak ukur dari diri kita” tersirat dalam benakku: “benar apa yang dikatakan suamiku, aku meski lebih banyak menyukuri, satu persatu doaku dipenuhi, satu persatu harapanku dalam perbaikan dan pembenahan di ridhoi, bulan ramadhan adalah tempat kami untuk mewujudkan perbaikan beribadah kepada Allah.

Meski ada badai, ada masalah dan ada ketidak nyamanan dalam perjalanan berumah tangga, pintaku dalam hati agar kami selalu dipertemukan dalam satu disetiap bulan suci ramadhan, agar kami dapat berpikir atas kesalahan disebelas bulan yang telah kami lewati dan memperbaiki dibulan suci serta mempersiapkan diri untuk lebih baik lagi.

Bulan Ramadhan mengajarkan kami kata maaf dan memaafkan, mengajarkan kami berbagi dan menerima, mendidik kami agar tidak lupa bersedeqah, serta mengajarkan kami menerima takdir dan cobaan. Bagiku tiada yang lebih indah dalam hidup ini, kala aku dapat menjadi bagian utuh seutuhnya dalam rumah tangga yang tidak bersebrangan pendirian, meskipun memang kami butuh banyak perbaikan, tetapi pemikiran kami satu tujuan dan suamiku bersedia dan siap menajdi pemimpinku dan bertanggung jawab untuk kebahagian kami, dan aku siap menjadi istri seutuhnya dan ibu yang semestinya. Semoga Allah berkenan atas doa kami dan selalu meridhoi kebersamaan kami. Amin.

 di ikutsertakan dalam Lomba Naskah Story Cake- IIDN
Biodata:

Nama Asli                   :           Levina Novi Yanti
Nama Facebook          :           Levina Nyt Siwalette

Nama Pena: Levina Nyt, ibu dari: Lanika S.F. Adawiyah (6,5th), Mikhail Ramadhan (3th), dan Emily Sunarya (15bulan). Dan bekerja di Great Eastern Life Indonesia. Memiliki kegemaran menulis puisi dan menulis kisah atau cerita, baru tiga bulan belakangan kembali mendalami tulisan dan 4 tulisan Antalogi siap dibukukan. Menjadi bagian dari IIDN dan menjadi Korwil Bekasi adalah tiket kebahagian bagi penulis, serta satu diantara kemudahan dalam meraih mimpi dalam pena. Dapat berkomunikasi dan interaksi dengan penulis melalui: YM:leviyanti, Yahoo: leviyanti@yahoo.com, dan Blog: http//:levilani7.blogspot.com/.