Oleh: Levin NY
Memasuki usia 6 tahun,
Lanika menjadi anak yang lebih kritis, keingintahuannya membuat dia menjadi putri yang serba ingin tahu. Bila sesuatu yang
diharapkan dalam bentuk jawaban maupun keinginan belum tercapai, dia akan
simpan baik-baik keinginannya. Dihari-hari berikutnya kembali dia mengingatkan
kami akan harapan dan keinginannya untuk sebuah jawaban atau pembuktian.
Suatu hari tepatnya
ketika kami sedang berkumpul diruang keluarga, Lanika sedang mengerjakan
soal-soal pelajaran Agama Islam untuk siswa kelas 1 SD, terlontarlah pertanyaan untukku:
“Mama, apa beda agama
Islam sama agama Opah?”
Terkoyak aku dengan
pertanyaannya yang begitu kritis. Aku terdiam sejenak, dalam diamku berpikir atas perbedaan agama terlahir dikeluargaku, Agama Islam yang dianut Mama dan Protestan yang dianut Papa, meski memang pada
kenyataannya tak ada masalah berlebihan dalam kehidupan kami tetapi pertanyaan
ini sering kali terlontar untuk kami, tetapi sekali lagi bukan dari putriku
yang kuharapkan saat ini. Pada akhirnya aku menjelaskan dengan pendekatan usia
dan sosoknya.
“Selama ini, Lanika
mengenal opah, dan tante juga om dengan perbedaan agama yaitu Kristen Protestan
seperti dalam penjelasan buku agama Lanika, dan kita patut menghormati serta
saling menjaga kedamaian”.
“Kenapa beda, mah?”
“Karena kita hidup juga
berbeda-beda, dan cara berpikirnya juga berbeda. Seperti halnya Lanika kalau
mau jus maunya Alpukat sedangkan Rama maunya Mangga, karena keinginan dari
masing-masing kita berbeda. Tetapi kita
patut meyakini apa yang kita pikirkan untuk percaya sama Tuhan yang kita yakini
yaitu Allah”.
“iya, mah”.
Meyakini adalah memupuk pikiran positif untuk perkembangan dan keharmonisan dalam keluarga, maka saya yakini suatu hari
nanti bila ada pertanyaan lainnya tentang latar belakang keluargaku, dan semoga Lanika akan memiliki pengertian positif dalam pemikirannya.
jumlah: 256 kata berserta judul.
Di ikutsertakan dalam Lomba 1001 pertanyaan si buah hati
Lomba yang diselengarakan oleh: Mba Iir Harun