Laman

Total Tayangan Halaman

Minggu, 15 Mei 2011

Di Ujung Penantian


Di Ujung Penantian

Masih tersimpan dikelopak mata
Meskipun dalam terpejam
Wajahmu selalu memandang
Dalam hening dan kerinduan

Bukan hanya rayuan juga belaian
Kebersamaan dalam keinginan
Kasih dalam Perjalanan
Ada harapan disetiap embun pagi kesejukan
Ada penantian disetiap pintu hati kebahagian

Tak perlu kutanya kapan
Karena dia akan datang
Bila datang tidak sesuai rupawan
Kubesarkan hati, kau lah belahan

Rangkaian bait puisi yang ngalir dari luapan pikiran dan harapanku terdalam kini nyata dalam kehidupan. Telah kami arungi perjalanan pahitnya empedu dan manisnya madu kehidupan, ya.. sudah  7 tahun lamanya kami berlayar meski belum sampai di tepian tapi kekuatan kasih Tuhan dan kasih sayang kami dapat mengarungi bersama sampai saat ini.

Bila masih kupertanyakan perihal Cinta Sejati/Soulmate yang ada dipikiran ternyata bukan suatu kenyataan berarti, membuat aku telah bermain dengan perasaan dan gejolak kehidupan, dengan begini sama halnya aku telah mendustai keberadaanya.

Pernikahan ini dijalani dengan dasar kasih dan kebersamaan, yang kuketahui dan selalu kuingat Tuhan telah mempertemukan aku dalam keterpurukan pikiran dan penantian. Dia hadir kala kita sama-sama dalam pembelajaran dan butuh sahabat sejati kehidupan.

Ketika, penantianku dengan kasih yang belum kunjung sampai membawa dia yang hadir dengan pinangan. Bila aku mengulas kembali kebelakang dia (seseorang yang menjadi kenangan) penuh kesempurnaan, selayaknya memang bukan aku untuk pendamping kehidupan. Kukabarkan apa yang telah terjadi dan menjadi: “Dia meminangku, bagaimana denganmu?” tanda tanya yang kusemaikan dengan harapan, dan jawabannya: “kalau memang begitu turuti kata hatimu”. Aku dalam kegundahan, kepedihan serta kebimbangan.

Kurenungi apa yang telah terjadi dalam kehidupan, yaa …dengan berdoa dan memohon pentunjukNya, kubulatkan tekad, bahwa dialah jodohku, suamiku sekarang yang telah gigih dan penuh kepastian meminangku dengan penerimaan. Kami menikah 7 tahun silam, dalam ikatan ikrar suci janji pernikahan yang melibatkan Tuhan dalam ketentuan perjalanan.

Pernikahan ini dipenuhi suka cita dan cerita kehidupan, memang berat kami jalani awal-awal pernikahan, karena begitu banyak penolakan dan bersebrangan pemikiran. Sempat terusik kata penyesalan dan perpisahan. Tetapi buah hati telah menyatukan dan kami meski memperbaiki keadaan, karena sumber segala kepenakan adalah kami berdua, dan tidak mesti satu pihak yang dipersalahkan. Hingga akhirnya kuberusaha meyakini bahwa dialah suamiku “soulmate” dalam asmara kehidupan dan yang meski kita perjuangkan dalam kebersamaan, karena kami berguru bersama dan memperbaiki segalanya bersama hingga saat ini dalam rumah tangga untuk memperjuangkan kasih sayang Tuhan dalam rumah indah penuh kisah melodi kehidupan. Karena pada akhirnya cinta itu bersemi dalam ikatan kebersamaan dan menjadi kasih sayang sejati untuk selalu disemaikan dalam biduk rumah tangga kami seterusnya, dan yang paling berkesan dan selalu ku ingat dalam menjalani cobaan dia sampaikan: “Bila nanti kita berpisah, saya berharap hanya kepergian dalam kematian dan kumohon untuk dipertemukan kamu nantinya di ujung jalan bukan dipersimpangan”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menghilangkan jejak kebaikan untuk komentar apapun sangat saya hargai.. salam