Laman

Total Tayangan Halaman

Rabu, 23 Maret 2011

Bukan Ilalang Jadi Saksi Cintaku

        Sudah 5 (lima) bulan berlalu kedekatan kasihku dengan Ricky, dia begitu mempesona dan menemani keseharianku meski hanya berupa bayangan ataupun sinaran matanya yang hadir dalam pikiran. Sayang ini begitu besar padanya, dan begitu pula yang dirasakan Ricky kepadaku, pembuktian kami hadir dengan kebersamaan ketika kami melakukan pertemuan singkat, aku masih 3 (dua) SMU sedangkan Ricky sudah kuliah disemester 4 (empat). Dia adalah lelaki yang menghangatkan kepiluan, menerangi kerinduan. Tiap kali pertemuan tidak pernah dia lupa membawakan sesuatu yang menjadi bingkisan istimewa buatku, meski hanya gorengan… (ach…. Lucu kalo mengingat kasihnya). Apa yang diberi selalu kusimpan rapih di lemari pakianku dari buku, pernak-pernik hingga ballpoint lucu. Apa yang diberi kepadaku adalah hasil dari pendapatan tambahannya bekerja dibengkel motor jalan besar dekat rumahnya, bersyukur dia memiliki keahlian tambahan hasil dari nongkrong bersama teman mainnya hingga bisa bantu untuk biaya kuliah. Aku belum pernah dikenalkan dengan orangtua maupun adik atau kakaknya secara langsung, begitu pula diriku kepadanya. Kami cukup berhubungan berdua belum untuk yang lainnya, karena sudah sangat jelas bahwa hubungan ini belum saatnya, karena masih banyak mimpi orangtua dan diriku yang dititipkan untuk kami.

Meski pertemuan hanya duduk ditaman dekat kampusnya atau diwarung dekat sekolahku, tapi kami sangat bahagia karena dengan tatap mata atau berbicara dengan hati yang berbunga.
Ricky: “ mau nga besok temenin ke toko buku”
Salma: “mau”

Besoknya, kami pergi ke Toko buku untuk membeli buku tugas kuliahnya, tak lupa dia menjemput halte depan sekolahku, ada saja teman yang mengejekku dengan sindiran tapi bukan menajadi masalah bagiku. Tiap jalan diselalu menuntunku bukan untuk merayu atau berbuat yang tidak baik, kurasakan sentuhannya untuk melindungiku. Sampailah kami ditempat yang dituju, kagetnya Ricky ketika sedang sibuknya mencari buku, seorang perempuan rapih dengan seragam kerja mencoleknya, ternyata….
Kakaknya:           “ Ricky, ngapain loe disini… kok nga ngomong kalo mau kesini”
Ricky      :               “eee ch, Nit…  nga kerja…???!!
Kakaknya:           “Justru ini disuruh kantor cari buku buat tugas perusahaan, heeem… siapa ini?!!
Ricky      :               “ Temen, kenalin…
Salma    :               “Salma, Kak!
Kakakny:              “ Yaa, Rahma… ya udah pisah dulu yaa, jangan macam-macam ya Rick, ntar Ibu bisa marah”.

Pertemuan singkat itu, membawa perkenalan dengan salah satu keluarganya, kamipun pulang setelah mendapatkan apa yang dicari, disepanjang perjalanan Ricky meminta padaku agar tetap menjaga hubungan ini dan selalu baik-baik saja agar tetap terjaga dengan baik, dan dia menceritakan kondisi keluarga yang sangat mengharapkannya agar lulus kuliah dan bekerja terlebih dahulu untuk berkarir. Dalam hatiku, apalagi aku yang masih di 2 (dua) SMU apa jadinya jika ada lembaran baru dalam hidupku, tidak pernah terbayang olehku, aku masih banyak mimpi yang tersumbat, masih banyak harapan tertunda juga kemauan yang meski di asah.
8 (delapan) bulan berlalu atas hubungan special kami, meski belum ada impian dan cita-cita untuk kedepannya, tetapi hubungan ini sangat special untukku, secara kedekatan aku dengan kakak lelaki tidak pernah terjadi apalagi komunikasi dari hati kehati, sedangkan Bapak adalah orang yang sibuk dengan dunianya dan kesenangannya, meski memang kadang kami komunikasi. Ricky mengejutkan ku dengan pesan telepon pagi tadi untuk dan ingin bertemu denganku, katanya ada kejutan dan ingin langsung bertemu. Kutunggu seperti biasa dihalte, tapi dia tidak muncul dengan tas ranselnya, lama satu jam ku tunggu…. Berjalan aku menjauh dari halte, ada klakson motor dan mencolek pinggangku….

Aaach ternyata Ricky dia pakai motor baru.
Ricky: “ Lama nunggu yaaa…”
Salma: “eeemmm”, khan daah tau, kok nanya?!!”
Ricky: “maaf yaa, nunggu motor di antar kerumah.”
Salma: “emang punya uang buat nyicil motor”
Ricky: “ Ada, dari tabungan sama uang dari Bengkel.”
Salma: “ kemana, udah meski pulang nih, takut ditanya Ibu karena tadi janji pulang cepet.”
Ricky: “sebentar ajah, nanti sekalian diantar.”

Akhirnya pergi juga kami, Ricky membawaku ketempat yang dia tidak mau sampaikan padaku jauh ujung Jakarta, karena aku belum begitu tahu jalan, perjalanan yang dilalui menjadi pengalaman pertama untukku. Kedekatan kami terasa sekali dalam kendaraan ini, meski awalnya ragu dan takut akhirnya dia menarik tanganku untuk berada dipinggang sambil berteriak “pegangan kalo engak nanti jatuh”. Jantung ini menjadi berdetak begitu cepatnya, aliran darah begitu derasnya, waaah… denyut jantung Rickypun kurasa yang sama, was-was tapi inilah jadinya. Sampailah kami ditempat yang Ricky mau tuju, ternyata Mercusuar jadi awal kepergian terjauh pertama yang kami tempuh, sepertinya Ricky sudah tahu apa yang dimau dan dituju, indahnya pemandangan membuat aku terpesona, karena Ricky bisa membawaku masuk menaiki mercusuar tua dan kami bisa melihat jauh kea rah mata memandang luasnya lautan biru dan kapal laut yang begitu kecil dalam penglihatan. Langit begitu mendukung biru dan hangat. Letih ini hilang dengan duduk di antara rerumputan dan ilalang, tak lupa Ricky telah menyiapkan bekal 2 (botol) orange juice dan Roti kesukaanku, lumayan untuk menahan lapar kami.

Ricky: “bagaimana, suka?!”
Salma: “ehm, suka banget…”

Dia menatapku dengan sayang, tetapi kusemakin menyadari sayang itu menjadi liar, seperti mata kucing yang suka mampir kedapur Ibu. Ricky mendekatiku, tak sadarkan diri aku terbawa dalam tatapannya, wajahnya mampir di keningku…. dan waaaaaaaaa (aku teriak, ada yang mengerayangi kakiku) dan langsung berdiri, Dia cepat-cepat mengambilnya ternyata kecoa menyelamatkanku. Ricky kembali mendekatiku, dan aku sampaikan tidak menginginkan hal ini terjadi seperti juga sebenarnya dirinya yang telah disampaikan di padaku sebelumnya, ingin menjagaku baik-baik dan hubungan ini. aku tidak ingin hanya ilalang yang menjadi saksi cintaku dan rumput menjadi sandaran rayuan kepiluanku. Ricky menyadari perbuatannya dan wajahnya menyesali apa yang akan dilakukannya. Tetapi ada yang menjadi kejutan berlanjut berikutnya bagiku, dia nyatakan cintanya..
Ricky: “saya sayang kamu Salma”, saya ingin hidup dan berbagi sama kamu.
(aku hanya diam terpaku)
Ricky: “ saya sudah dapat menuntunmu dan membawamu dalam suka cita bersama, dengan usaha kita pasti bisa”, maukah Ima menikah denganku”.
Salma: “aku bingung, Ricky…. Aku bingung…. Aku nga tauu…
Ricky: “ saya janji untuk menjagamu dan kita menikah, tolong terima cinta saya Salma”.
Salma: “Rick, masih banyak yang meski kukerjakan, aku takut pernikahan justru menghalangi jalanku dan jalanmu”.

Ricky: “Salma, saya bukan laki-laki yang membatasi jalan, pernikahan akan membawa kita dalam suka cita, saya tidak ingin merusakmu dalam pikiran buruk saya, justru saya ingin menjagamu”.
Salma: “Ricky, aku tidak mau menolak kebaikanmu, bila kamu bisa yakinkan orangtua dan keluarga kamu dan aku, aku mau hidup denganmu, tapi saya harapkan setelah kelulusan sekolahku.
Ricky, tidak berkata apa-apa lagi, dia langsung memelukku dan keluar airmata untuk pertama kalinya yang kutahu, terlihat betapa bahagianya dia, tak lama menunggu dia langsung mengantarku pulang dan bertemu dengan orangtuaku dan untuk pertama kalinya, bersyukur orangtuaku menerima Ricky dengan keterbukaan, karena mereka dapat menilai kebaikan dan prilaku Ricky yang sopan santun.
                3 minggu telah berlalu, kembalilah Ricky datang kerumah untuk bertemu denganku dirumah, hari itu keluarga sedang berkumpul semuanya, Bapak dan Ibu sedang sibuk masing-masing dengan kesukaannya, kupersilahkan Ricky untuk duduk di ruang tamu.
Ricky: “Ima, saya ingin ngobrol dengan Bapak sama Ibu, bisa ketemu nga?!”
Salma: “ada apa?”
Ricky: “ ketemu ajah, mau ngobrol”
Salma: “Tapi nga boleh macam-macam yah”.

Bapak dan Ibu hadir diruang tamu, kami ngobrol berempat tidak beberapa lama, Ricky terucap meminta izin pada orangtuaku dengan lamaran awalnya, bagiku sudah tidak mengagetkan tetapi bagi Bapak dan Ibu, yang ada seperti kesetrum atau kesambar petir….. Bapak berdiri dan berjalan jauh dari tempat duduk, sambil merenung sebentar di tirai jendela setelah beberapa menit dalam keheningan kembalilah Bapak dengan wajah bercampur pikiran.
Bapak: “Apa orangtuamu tahu tujuanmu kesini?”
Ricky: “Sudah Bapak, awalnya orangtua saya marah dan kecewa pada saya, karena belum bertemu langsung dengan Salma, tetapi kuyakini dengan ketulusan dan ajaran agama, Bapak dan Ibu menyetujui asalkan saya datang lebih dulu untuk melamar Salma, dan Salma telah saya sampaikan jauh-jauh hari tetapi belum tahu kalo saya sampaikan hari ini, saya tidak ingin merusak dan menghancurkan status Salma, maka saya ingin menikahinya.
Bapak dan Ibu terdiam dan tidak ada kata yang terucap, dan aku hanya menurut apa yang akan terjadi nanti, karena aku masih menjadi tanggung jawab orangtua, Bapak dan Ibu pergi ke kamar 30 menit berlalu tanpa ada perkataan yang menyangkut lamaran ini, hingga pada akhirnya Bapak dan Ibu kembali duduk dengan kami, kumelihat wajah ibu dengan penuh keraguan dan sepertinya antar sedih, dan kumelihat wajah Bapak dengan ketegasannya, pada akhirnya berkata:

Bapak: “Ricky, setelah pernikahan berlangsung tanggung jawab kami sebagai orangtua menjadi milikmu untuk menjaga dan merawat Salma, jangan kau kecewakan Salma, bersyukur engkau memiliki Salma yang penuh kasih dan penurut, jagalah dia dan jangan kamu sakiti.
Ricky: “Saya berjanji Bapak, demi Allah yang menjadi penuntun jalanku”.
2 (bulan) berlalu setelah kelulusanku, datanglah lamaran keluarga Ricky untuk melangsungkan hari besar kami di Bulan Oktober 2007. Apa yang sudah menjadi rencana kami dan ketentuan Tuhan menyatu dengan kasih. Berlangsung pernikah dini kami dengan suka cita dan sacral serta penuh kesan, resmi kami menjadi suami istri muda diantar kakak-kakak dan teman dekat kami. Mengharukan untuk Ibu dan Bapak, seperti melepas anak-anak yang belum siap baginya untuk mengarungi perjalanan ini.

   Ricky meyakini kami dengan 3 tahun perjalanan hidup pernikahan ini, dia telah lulus dari kuliahnya dan kembali membantu  kuliah untukku, dengan gigih dia dapat mengembangkan karir dari kecil hingga pada akhirnya dalam karunia putri pertama, meski sangat berat dengan tekad dan usaha bersama kami berusaha menempuh perjalanan ini yang masih panjang, karena hari-hari kami dipenuhi dengan kebersamaan dan kepercayaan. Tidak lupa setiap hari syukur kupersembahkan untuk menjadi penuntun jalan kami untuk selalu dalam kasih sayang. Yang selalu ku ingat perkataannya masalah bukan untuk pelarian dan tempat menjadi batu penghalang, tetapi masalah yang menjadi pendewasaan berpikir dan perbuatan kami.
Levina NyT

Diikutsertakan dalam Audisi Penulisan Cerpen "Pernikahan Dini"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menghilangkan jejak kebaikan untuk komentar apapun sangat saya hargai.. salam