Laman

Total Tayangan Halaman

Rabu, 23 Maret 2011

Warna Dalam Kerukunan

Tulisan ini di ikutsertakan dalam Lomba Nulis "Kerukunan Umat Agama"

Awalnya agama yang kutahu adalah untuk kebahagian dan suka cita, kuhidup di keluarga dengan perbedaan agama, pemeluk Muslim dan Protestan. Awalnya juga tiada keyakinan bagiku untuk memeluk suatu agama yang menjadi pendoman hidupku karena bagiku bila kulihat kebelakang umur belum dapat menentukan meskipun atau walaupun bila kedua orangtua pemeluk agama yang sama. Sebagai anak kuhanya mengikuti dan patuh akan arahan orangtuaku, meski kembali hal tersebut bagiku sangat dasar sekali, mungkin dan bisa jadi karena Bapak dan Ibu bukan pemeluk yang  cukup baik/hanya terbilang cukup dan baginya sudah cukup. Dikarenakan agama adalah pedoman hidup, tetapi ada juga sebagian masyarakat yang tidak memiliki agama juga memiliki pedoman hidup dengan cara dan aturan bermasyarakat dan pemikirian yang maju serta adanya silsilah ataupun keturunan dengan cara menganutnya. Kembali lagi hal ini bukan atau harus kita yang patut menghakimi karena hidup adalah pilihan dan Tuhan yang memiliki, bukan manusia yang menguasai sebab semua agama yang sebenarnya mengajarkan kasih sayang, tinggal dari diri sebagai pemeluk salah satu agama yang patut menjadi khalifah/pembawa kebaikan sesama sehingga orang lain maupun yang berbeda keyakinan kepada kita akan saling menghargai dan apabila ada ketertarikan maupun minat mengikuti ajaran yang kita anut hal tersebut adalah hidayah Allah telah bercahaya dan terbuka lebar sehingga dia mau pendalami dan lebih memperbaiki diri.

Cinta damai sesama tercermin dari diri yang mencintai dan mengkasihi diri, agar tidak ada percecokan dan pedebatan, tidak ada penindasan dan kesewenangan, serta tidak saling menghancurkan maupun mencerca. Kasih yang kutahu indah, tapi pada kenyataannya kita hidup dengan berbagai warna, berbagai bentuk dan berbagai bahasa serta budaya dengan kesatuan utuh yang bernama Indonesia dan Global yang bernama dunia dengan berbagai negara dan budaya yang beraneka ragam. Bila pemikiran kita hanya kencenderungan lingkungan tempat tinggal, keluarga dan sejauh mata memandang dan kaki melangkah, maaf kuberbicara akan menjadi tertinggal maupun merasa diri sudah baik, cukup baik, bahkan lebih baik, aku berbicara secara komunikasi karena agama Muslim yang ku anut belum cukup baik meski banyak yang harus kuperbaiki agar mendekati dari kata baik, tetapi kusadari diriku penuh kasih dan kedamaian, maka kuyakini diriku tidak akan mencela orang lain dan agama lain, bisa jadi dan memang hal ini karena dua sisi agama yang mengelilingi dalam kehidupanku dan bagian dari riwayat hidupku, kuterpanggil dan hati ku jatuh kasih dan mencintai ke Islaman dan agamaku, segala sesuatu karena terpanggil, karena dipanggil, maka biarlah Tuhan yang berhak pada diri kita, bukan kita yang berhak kepada diri dan orang lain. Biarlah hidup ini tetap ini dengan keaneka ragaman pemikiran, warna dan kekayaan. Tuhan yang memiliki ketentuan, Allah lah yang berhak.
Memasuki usia pengertianku dan masa remaja, didalam ajaran agama muslimku semakin kuketahui dan kumengerti atas tidak dianjurkannya atau lebih kerasnya tidak boleh pernikahan dengan dua sisi agama yang berbeda, karena Allah mengetahui apa yang akan terjadi nantinya, diduniapun terasa akan kerumitan dan pertemuan dengan perselisihan, meski ada kalanya dapat ditanggulangi dan ada yang meski dikubur dalam-dalam untuk tidak menjadi luka antara keluarga, bagi kami yang memiliki pemikiran yang berbeda tapi kami dapat mengartikan apa yang telah dialami bukan menjadi panutan atau pengulang, kamilah sebagai penerus yang akan melahirkan penerus berikutnya maka hal ini menjadi acuan dan pegangan kami agar tidak meski mengulang kejadian yang serupa.
Dalam dua sisi agama yang berbeda diantara kami, karena ego dan pengetahuan serta ruang lingkup yang sebatas waktu tempat kami dibesarkan dan lingkungan yang membentuk, ada kalanya terjadi bentrok diantara keluarga, karena sifat pembawa agama dan manusia/orangnya yang menganut, kadang yang saya pahami sebagai anak sampai remaja agama adalah bentuk wujud dari prilaku orangnya, hal itulah yang menjadikan pemecahan pilihan diantara kami sebagai anak-anak, kedewesaan mulai terbentuk menjadikan kami lebih bijak dalam melihat diri, menjadikan kami lebih memperhatikan prilaku diri, untuk perbaikan dan kebaikan. Kesedihan memang sering kali menyelimuti tetapi pasrah dan keyakinan kepada sang pencipta membuat kami semakin menyadari bahwa kita semua hanya mahlukNya dan menjalani hidup dengan akal sehat dan prilaku yang mencerminkan agama yang suci dan kasih sayang, maka kami adalah bersaudara dan saling menghargai, menghargai akan agama yang telah dipilih dan dianut, menjaga kedamaian dan kerukunan sesama saudara. Awalnya yang ada penyesalan dengan kondisi ini, tapi pada akhirnya Tuhanlah yang memiliki ketentuan akan diri dan prilaku, Allah yang menempatkan aku diantaranya umatnya dalam lingkungan hidupku seperti ini, aku hanya dititipkan dalam keluarga seperti ini, orangtuaku yang memilih seperti ini dan kami setelah semakin berpikir, dan menjadi lebih mengerti akan pilihan tak penting lagi untuk menyalahkan lainnya terutama orangtua yang telah melahirkan, karena hidup adalah pilihan semakin kita dewasa dan umur bertambah kitalah yang memilih hidup seperti yang kita mau, meski ada dorongan orang lain tetapi, sekali lagi hidup adalah pilihan dan bersyukurlah atas pilihan, semoga aku salah satunya yang ahli bersyukur terutama atas pilihanku, kehidupanku dan agamaku.
Masyarakat dimajukan dengan perkembangan, dan perkembangan meski adanya perbedaaan dan warna, bila kita dengan terbuka menerima perbedaan maka hidup dapat dipilah-pilah secara baik bukan dengan kebencian maupun menjatuhkan, bukan dengan cacian maupun menghancurkan, kadang tanpa kita sadari hancurnya agama bukan dari pihak yang berbeda agama justru dari pihak pemeluk agama yang sama, karena sikap dan prilaku yang tidak mencerminkan agama yang dianut, atas nama diri semoga aku dapat menjaga prilaku untuk mencerminkan agama yang ku anut, meski hanya sinaran kecil seperti kunang-kunang atau bintang dan lampu, tetapi ku akan menjaganya untuk selalu bersinar dengan kasih sayang dan kedamaian. Semoga. Amin.

Penulis: Levina nyT
Jatibening, 05 Maret 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menghilangkan jejak kebaikan untuk komentar apapun sangat saya hargai.. salam