Laman

Total Tayangan Halaman

Rabu, 23 Maret 2011

Teguh dalam Perjalanan




Dipertemukan dengan kesan pertama yang tidak pernah terlupakan dalam pertemuan yang berawal dari diriku menawarkan bantuan, di area Masjid Al Azhar tempat organisasi keagamaan bernaung, karena diri ini merasa sudah lebih mengetahui keadaan sekitar, kudekati dirinya: “kenapa mas, binggung ya…! Dia menjawab  : “heeemm… iyaah,
Diriku         : ” kenalin, Vina (secara pribadi langsung tidak seperti biasanya saya perkenalkan diri secara langsung”)
Dirinya            : “ Teguh”
Pada akhirnya bantuan ini diterimanya dengan tangan terbuka. Pertemuan kami berlanjut pada proses seleksi untuk pelatihan wiraswasta, kami pun memberi senyum dan menyapa.

Berlanjut keproses selanjutnya, dan kami terpisah pada keinginan pelatihan lainnya tetapi masih dalam satu organisasi, diiriku yang terdorong dalam kelompok buku kajian dan bedah buku, sedangkan dia menyukai bagian pendidikan.

Minggu keminggu kami menjadi bagian dari organisasi diluar pekerjaan dan kantor, organisasi ini menjadi naungan kami untuk bersosisialisai dan menambah ilmu serta persahabatan, dan disinilah saya semakin mendapat pendekatan dalam berbagai pemikiran agama dan sosial yang sifatnya keagamaan. Kehadiran Teguh sangat baru untuk tinggal dan hidup di Jakarta sebagai orang daerah yang baru kembali dari berkerja Magang di Jepang, kepribadiannya yang lugu membuat aku semakin ingin bergaul dengannya.

Beberapa bulan berlalu hingga kami memiliki banyak teman, dan akhirnya aku mengajaknya untuk bergabung usaha bersama kawan kostku, dan dia menyetujuinya. waktu ke waktu kami semakin dekat, dan sering kali mengadakan pertemuan diluar hingga di kost bersama kawanku, kami bertiga punya ambisi sama tetapi dengan tolak ukur yang berbeda.

Suatu ketika, kami dipertemukan dengan perpecahan usaha, hal ini dikarenakan kawan perempuanku lebih mengusai kondisi usaha termasuk prosesnya hingga dia lebih menjadi tolak ukur kami, tidak tanggung-tanggung kami mendirikan sebuah PT. (perusahaan terbatas) meskipun masih dalama jangkauan amatir.

Teringat olehku tiap kali ia keluar kota dan kembali ke Jakarta, dia selalu membawa oleh-oleh untukku meski aku telah memiliki teman dekat lelaki (“pacar”).
Singkat cerita usaha kami pecah, bagi Tasya adalah karena dia lebih mengusai dan tidak menerima kedekatan kami.

Untuk kesekian tahun lamanya, aku tidak memiliki teman special laki-laki, meskipun kami telah menentukan jalan pergaulan masing-masing tetapi kadang kebersamaain ini tetap dipertemukan.

Bagiku Teguh adalah tipe lelaki yang begitu rumit, dengan pemikiran dan kepribadiannya, mungkin karena latar belakang kehidupannya.

Sebagai sahabat Teguhlah lelaki yang pertama kali kukenal dengan kebaikan dan ketulusannya mengartikan arti sahabat dengan sebenarnya, Persahabatan ini telah berjalan 3 tahun, Tiba disuatu masa dia sampaikan kepada ku lewat telepon akan melamarku, dengan serius bahwa telah disampaikan pula kepada teman organisasi kami. Awalnya ku pikir hanya gurauan.

Benar adanya dia hadir di rumah orangtuaku, dan disampaikan maksudnya kepada Bapak dan Ibu, mereka menerima dengan tangan terbuka. Setengah bingung dan tersenyum kumenerima kehadirannya.

Tibalah saat kehadiran keluarga untuk menentukan tanggal pernikahan. Pernikahan itu berlangsung, suka cita dan “nano-nano” . Mantap kami  langsungkan  pernikahan ini,  ada ganjalan bagi diril.
“maaf” apa ini karena target di usia ke 27 tahun ku untuk mantap menikah?!! dan tak ingin ku sia-siakan, atau karena Tuhan telah memberikan jodoh untukku dengan ketentuannya.

Baginya ini adalah keputusan terbesar dalam hidupnya untuk memberanikan diri hidup bersamaku. Kata cinta ini secara tulus tak pernah terungkap di antara kami, entahlah mungkin alasan pertama karena kekakuan dan tak terbiasa dalam lingkungan keluarga.

Waktu berjalan apa adanya, tetapi keresahan diantara dua hati yang disatukan, dari pemikiran dan perbedaan menjadikan kami penuh gejolak dalam berumah tangga serta penuh emosi dalam menjalaninya, dan menjadikan seperti berada dalam penjara pernikahan.

Semakin kusadari kepergiannya untuk menenangkan aku kala diri ini sedang emosi, adalah cara terbaik untuk menghindari pertikaian maupun percecokan dan kadang adakalanya Teguh cukup mendengarkan aku serta diam termangu hingga suatu saat airmata kami keluar bersamaan, hingga dia sampaikan “kamu hidup bukan untuk masa lalu, tapi untuk hari ini dan esok” aaach…. begitu bijak disampaikan.
Telah ku sampaikan kekesalan bathin ini yang lama kupendam, hingga pernikahan kami menjadi tempat untuk berbagi kenangan pahit, kuresapi dia begitu anggun kala mendengarkan jeritan dan keletihanku, dia bersedia disampingku hingga pagi memanggil kami. Kebersamaan pemikiran yang menyatukan kami dan kesabarannya menjadi pejalaran untukku.

Hal lainnya Putri pertama menjadikan kami lebih menyatu dan banyak merenung arti kebersamaan, Tuhan menguji kami dengan kesabaran dalam merawat penyakit putri kami, dia begitu sabar untuk tetap bersamaku. Dia yang kutahu tidak pernah mengeluh, hingga penerimaan apa adanya meski kadang kekesalan kecil terlontarkan tetapi inilah proses pendewasaan kami.

Matahari tertidur hingga bulan kembali menemani malam kami, kami selalu di atap yang sama, Dia menjadikan aku seorang istri yang tetap dan harus dimuliakan. Dan kami sadari arti rasa bersyukur dengan berkahNya bersama 3 (tiga) malaikat kecil yang menemani keseharian kami. Atas dasar kasih dia mampu mengungkapkan perasaannya kepadaku dengan ucapannya “Sayangku, dan bila di ijinkan biar saya ingin tetap bersama kamu sampai akhir hayatku”, menjadikan aku lebih mengerti arti pengorbanan dan kasih yang tulus, Cinta ini telah terbentuk dengan bertaburan kasih membebaskan aku untuk berkarya, dan kebersamaan untuk membentuk keluarga suka cita dan selalu dalam ikatan keluarga utuh tanpa ada perpecahan.
Levina NyT
Note: Kupersembahan sebagian kisah ini untuk suamiku tercinta.
          Di ikutsertakan dalam Naskah "aku dan suamiku"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menghilangkan jejak kebaikan untuk komentar apapun sangat saya hargai.. salam